Senin, 12 Maret 2012

Halilintar Di Kejauhan






Di bawah tebalnya awan, aku dan ibuku saat itu, dengan payungnya yang terkembang, dipegangnya tanganku sembari menyusuri jalan di musim kemarau ...

Suaranya nyaris tenggelam di tengah keramaian kicauan jangkrik, terus menerus ia berkata "semua orang menjalani hidupnya sendiri, tak ada yang dapat berputar kembali" Aku yakin saat itu aku masih terlalu muda, untuk mendengarkan kata-katanya yang tak dapat kubalas...

Sebelum aku menyadarinya, aku sudah terlelap di punggungmu, tanpa menangis sama sekali. Sebuah firasat akan turunnya hujan di malam hari datang bersama gema halilintar di kejauhan, bagai meramal "akan jadi apa kita nantinya? "

Ketika aku mendekatimu sebagaimana dirimu mendekatiku pada hari itu, diriku akhirnya dapat menyadari, mengapa saat itu kau menunduk dan meneteskan tetes air mata terakhirmu...

Perasaan-perasaanmu...dan aroma musim kemarau saat itu...

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews